Suatu Hari Nanti


Suatu Hari Nanti

Suatu hari nanti, akan ada seseorang
yang menemui ayahku, menggenggam
tangan ayah untuk memindahkan seluruh
tanggung jawab ayah akan aku padanya.
Sejak hari itu, aku akan menjadi miliknya.

Suatu hari nanti, ia harus membiasakan
diri hidup denganku. Ia akan berjuang
untuk menghidupi lebih banyak mulut
dalam hidupnya. Aku akan melihat jatuh
bangunnya, akan kugenggam tangannya
berjalan beriringan menuju tujunya. Aku
akan membersamainya.

Suatu hari nanti di sela lelah harinya, akan
ada waktu di mana ia meledeki hal - hal
kecil yang aku lakukan. Mungkin muka
bangun tidurku, sikap anehku, atau
masakanku. Ia akan banyak tertawa
bersamaku, dan ia pun akan cukup rapuh
untuk menangis di depanku. Di kedua
masa itu, aku akan berusaha untuk tetap
di sampingnya mengukur waktu.

Suatu hari nanti ia akan berusaha
memahami kurang-kurangku, bertahan
dan bersabar akan itu, dan begitu pula
aku. Aku dan dia akan mendewasa dan
menua bersama, dengan tangan berpaut
bergandengan, mencoba setegar karang
melewati coba kehidupan. Kami akan
berkembang dan membaik bersama.
Tumbuh, dan mekar.

Suatu hari nanti ia akan mengusik tidurku
hanya untuk berbagi hal yang
mengganggu pikirannya, Yang ia inginkan
hanya aku untuk menjadi distraksinya,
menjadi penenang dan peredam
kalutnya. Belaiku akan mengusap kepala
letihnya, lenganku akan merangkul tubuh
penatnya. Kubelajar mengunci mulutku
akan keluh. Karena aku harus kuat untuk
menguatkannya.

Suatu hari nanti ia juga yang akan
memelukku, setiap tumpah airmataku. Ia
akan menunggu henti racauku tanpa
berkata-kata, hanya mengelus rambutku
dan menjadi pendengar setia. Untukku, ia
akan memastikan ia ada.

Suatu hari nanti kami juga akan
bertengkar karena saling penat dan
merasa tak didengarkan. Kami akan salah
paham karena tak saling menyampaikan
keinginan. Saling merasa telah memberi
lebih tapi merasa tak diberi penghargaan,
padahal isi kepala perempuan dan lelaki
itu berbeda. Lalu berdamai dan saling
mencoba mendewasakan, bersabar akan
segala kekurangan, karena yang kami
inginkan indahnya Ridha Tuhan bukan
sebuah kesudahan.

Suatu hari nanti ia akan mengisi hari-
hariku, menjadi fokusku melakukan
sesuatu. Karena kewajiban akan
bahagianya sudah lebih tinggi derajatnya
bagiku ketimbang bahagia orang tuaku.

Suatu hari nanti,
Ia akan menjadi segala syukur yang
kupanjatkan dalam doaku.
Suatu hari nanti,
Yang akupun tak tahu siapa itu.

-tami
#racaupuan
@kumpulanpuisi


You Might Also Like:

Add your comment
Hide comment

Disqus Comments