Kata luka ada duka
pedang menerjang membelah hati
tanpa penghalang, telentang menjelang
digaduhkan gemericik darah berserah
meninjau daratan tak terjamah basah
lihat, kedua bola mata yang kian
mengadu
siapa salah hanya mahir bersilat lidah
biar aku jadi kau dan kau jadi lukaku
segelintir getirnya terbilang mengenang
biar terbaring tatap bayang yang luruh
terawang awan yang tak lagi terlihat
elegan
dicabutNya roh terpengaruh keruh
langit mengiringi dengan syair gemuruh
kasih kau seperti melati; tak ada lagi kini
segala yang pergi, kembali memulai diri
biar pedang yang terhunus rajin-rajin
dielus
simpan dengan mantra atau sebotol air
doa
untuk menangkal agar tak lagi ada cinta
duka tak bisa aku bawa lari pergi
bagaimana kabar dari punyamu kini?
berani lagi-lagi unjuk gigi?
aku perangi dari bawah tanah ini
-mesinketik
@kumpulan_puisi